I.
Judul
Uji Kehamilan Rapid Tes
II.
Tanggal
Senin, 16 Februari 2015
III.
Tujuan
Untuk
mengetahui ada tidaknya HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dalam urine pasien.
IV.
Metode
Strip (kromatografi)
V.
Prinsip kerja
Terjadi
reaksi immunologi secara kimiawi antara hormon HCG dalam urin (antigen) dengan
antibody pada test pack. Alat
tes kehamilan (test pack) disentuhkan atau dicelupkan dalam urine, maka akan
muncul hasil berupa garis merah, yang menandakan hasil positif.
VI.
Landasan teori
Hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang
ada dalam darah dan dikeluarkan oleh sel plasenta/embrio/bakal
janin, sebagai hasil pembuahan sel telur oleh sperma. Karena kehadirannya yang
spesifik sebagai hasil pembuahan itulah, maka HCG dapat dijadikan penanda
kehamilan. Namun biasanya dibutuhkan 3-4 minggu sejak hari pertama menstruasi
terakhir (biasanya dokter menyebutnya HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir) agar
jumlah HCG dapat dideteksi oleh uji kehamilan.
Kira-kira
sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba falopi, telur
yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan melekat pada dindingnya. Sejak
saat itulah plasenta mulai berkembang dan memproduksi HCG yang dapat ditemukan
dalam darah serta air seni. Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi
dalam darah sejak hari pertama keterlambatan haid, kira-kira hari keenam sejak
pelekatan janin pada dinding rahim. Kadar hormon ini terus bertambah hingga
minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak hari terakhir menstruasi. Sebagian
besar ibu hamil mengalami penambahan kadar hormon HCG sebanyak dua kali lipat
setiap 3 hari. Peningkatan kadar hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan
pusing yang sering dirasakan
para ibu hamil. Setelah itu kadarnya
menurun terus secara perlahan, dan hampir mencapai kadar normal beberapa saat
setelah persalinan. Tetapi ada kalanya kadar hormon ini masih di atas normal
sampai 4 minggu setelah persalinan atau keguguran.
Kadar HCG
yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada kehamilan kembar dan kasus hamil anggur (mola). Sementara pada
perempuan yang tidak hamil dan juga laki-laki, kadar HCG di atas normal bisa
mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi. Tak hanya itu, kadar HCG
yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut diwaspadai, karena dapat berarti
kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian janin yang biasa
disebut aborsi spontan.
Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah (home pregnancy test, HPT) yang biasa dikenal dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk mendeteksi kehamilan pada tahap awal yang menggunakan urine. Urine yang digunakan yaitu air seni pertama setelah bangun pagi, karena konsentrasi hormon HCG pada saat itu tinggi dalam urine. Bentuk alat tes kehamilan (test pack) ada dua macam, yaitu strip dan compact. Bedanya, bentuk strip harus dicelupkan ke urine yang telah ditampung atau disentuhkan pada urine waktu buang air kecil. Untuk compact sudah ada tempat untuk menampung urine yang akan diteteskan.
Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah dengan metode strip. Metode strip berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibody (immunoassay). Metode strip lebih sensitif yaitu minimal 20-25 mIU/ml. Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain lebih sensitif juga lebih praktis.
Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai antigen dan anti HCG sebagai antibodi bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali antigen pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel B yang berbeda-beda. Sedangkan antibodi monoklonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena berasal dari satu sel B yang dibiakan.
Antibodi tersebut adalah antibodi anti HCG yang pertama (kita sebut saja anti HCG-1), antibodi anti HCG yang kedua (anti HCG-2) dan anti-anti HCG-1 (antibodi dengan anti HCG-1 sebagai antigen). Ketiga antibodi itu terletak di lokasi yang berbeda dengan sifat yang berbeda pula. Anti HCG-1 bersifat mobile sehingga bisa ikut berpindah ke area Test (T) dan Control (C) melalui gerakan kapilaritas. Anti HCG-1 merupakan antibodi monoklonal sedangkan anti HCG-2 bersifat poliklonal. Anti HCG-2 di area T dan anti-anti HCG-1 di area C bersifat fixed atau tertanam, artinya tidak dapat berpindah sehingga tidak ikut mengalir/berpindah tempat. Enzim yang terikat anti HCG-1 akan menjadi enzim aktif bila ada ikatan antara anti HCG-1, HCG dan Anti HCG-2 di area T atau ikatan antara anti HCG-1 dan anti-anti HCG di area C. Enzim aktif di area T dan atau C akan mengubah substansi tak berwarna menjadi substansi berwarna merah.
HCG sebagai antigen, akan berikatan dengan anti HCG. Gaya kapilaritas membawa senyawa ikatan HCG dan anti HCG-1 menuju daerah T. Di daerah T, anti HCG-2 akan berikatan dengan HCG yang telah berikatan dengan anti HCG-1 namun pada epitop yang berbeda. Terbentuklah kompleks anti HCG-1, HCG, dan anti HCG-2. Enzim menjadi aktif dan daerah T berwarna merah. Selanjutnya, sisa anti HCG-1 yang belum berikatan dengan HCG akan menuju daerah C dan berikatan dengan anti-anti HCG-1. Kompleks ini akan mengaktifkan enzin sehingga daerah T berwarna merah. Pada akhirnya, akan terlihat dua strip merah yaitu pada daerah T dan daerah C dan diintepretasikan sebagai hasil positif hamil.
Urin tidak mengandung HCG sehingga tidak terjadi kompleks anti HCG-1 dengan HCG. anti HCG-1 yang bebas kemudian menuju ke area T tempat anti HCG-2. Karena tidak ada HCG maka tidak akan terjadi interaksi antara anti HCG1 dan anti HCG-2 melalui perlekatan dengan HCG pada epitop berbeda.Enzim pada anti HCG-1 tetap inaktif dan reaksi enzimatis pembentukan warna tidak terjadi. Akibatnya anti HCG-1 akan terus ikut gaya kapilaritas menuju daerah C. Di daerah ini terjadi kompleks antigen antibodi yaitu anti HCG-1 (sebagai antigen) dengan anti anti HCG-1 (sebagai antibodi terhadap anti-HCG-1). Kompleks ini membuat enzim aktif sehingga terbentuk warna merah. Warna merah hanya pada area C sehingga hanya ada satu garis dan diintepretasikan sebagai hasil negatif hamil (tidak hamil).
VII.
Alat dan bahan
a. Wadah penampung
urine
b. Test pack
c. Urine pagi
d. Tissue
VIII.
Cara kerja
1.
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2.
Diambil bungkusan test pack, buka bungkusannya.
3.
Diambil strip test, lalu dicelupkan pada urine dalam wadah.
4.
Didiamkan 3 – 5 menit, baca hasil secara makroskopis ditandai dengan perubahan warna garis yang tertera pada test pack
IX.
Hasil pengamatan
Hasil pemeriksaan :
Gambar
|
Keterangan
|
a.
Terbentuk garis merah pada Control (C)
b. Tidak
terbentuk garis merah pada test
|
Interpretasi hasil :
Positif
: terbentuk garis merah
pada C (control) dan T (Test)
Negatif
: terbentuk garis merah pada C
(control)
X.
Pembahasan
Prinsip
dari tes ini adalah penambahan urin ke peralatan tes dan membiarkannya berjalan
di sepanjang absorban. Penanda antibodi yang menafsirkan warna melekat ke hCG
pada daerah tes dan menghasilkan pita ketika konsentrasi hCG sama dengan atau
lebih dari 20 mIU/ml.
Pada keadaan tidak adanya hormon HCG, maka tidak akan terbentuk
pita di daerah tes. Reaksi pencampuran berlanjut di sepanjang absorban melewati
daerah tes dan kontrol. Konjugasi yang tidak berikatan ke reagen pada daerah
kontrol menghasilkan pita berwarna ungu, yang menunjukkan bahwa reagen dan
peralatan masih berfungsi secara baik.
Adapun
proses yang lebih rinci adalah: urin yang
diperiksa akan bergerak dari zona yang satu ke zona yang lain, dimulai dari
zona yang terdapat mobile anti HCG1. Anti HCG1
akan ikut terbawa oleh urin ke zona anti HCG2. Disinilah penentuan positif atau
negatifnya suatu tes. Jika pada urin terdapat molekul HCG, maka molekul ini
yang sebelumnya sudah berikatan dengan anti-hCG1 akan berikatan dengan anti-HCG
2 sehingga akan terbentuk warna atau garis pada strip ataupun kaset
pemeriksaan. Jika pada urin tidak terdapat molekul HCG, maka anti-HCG 2 tidak
akan terikat.
Selanjutnya urin bergerak ke zona
anti-anti HCG. Pada zona ini, baik urin yang mengandung molekul HCG maupun yang
tidak, akan terbentuk warna ataupun garis. Hal ini dikarenakan anti-anti hCG
berikatan dengan anti-HCG1 yang ikut terbawa oleh urin. Zona ini disebut kontrol.
Pengumpulan
dan penyimpanan urin sebaiknya menggunakan urin pagi hari karena berisi
konsentrasi HCG yang paling tinggi sehingga
baik untuk pemeriksaan sampel urin. Meskipun demikian, urin sewaktu dapat juga
digunakan. Urin spesimen dikumpulkan pada gelas atau penampung plastik yang
bersih. Jika spesimen tidak digunakan segera maka harus disimpan pada suhu 2-8
°C dan letakkan pada suhu temperatur sebelum digunakan, tetapi penyimpanan ini
tidak boleh lebih dari 48 jam.
Pada percobaan mendeteksi adanya HCG dalam urine
wanita yang diduga hamil secara kromatografi immunoassay ini, diperoleh hasil
yang negatif (-), yaitu terbentuknya warna merah pada garis C yakni kontrol.
Ini menunjukkan bahwa urin dari pasien yang diperiksa tidak mengandung HCG
(Human Choironic Gonadotropin). Apabila hasil positif maka akan terbentuk dua
garis merah yaitu pada control dan test yang berarti urine yang diperiksa
mengandung HCG.
XI.
Kesimpulan
XII.
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar