Halaman

Minggu, 06 Maret 2016

Laporan Praktikum Uji Kehamilan metode Rapid Tes



I.              Judul
Uji Kehamilan Rapid Tes
II.           Tanggal
Senin, 16 Februari 2015
III.        Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dalam urine pasien.

IV.        Metode
Strip (kromatografi)
V.           Prinsip kerja
Terjadi reaksi immunologi secara kimiawi antara hormon HCG dalam urin (antigen) dengan antibody pada test pack. Alat tes kehamilan (test pack) disentuhkan atau dicelupkan dalam urine, maka akan muncul hasil berupa garis merah, yang menandakan hasil positif.
VI.        Landasan teori
Hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang ada dalam darah dan dikeluarkan oleh sel plasenta/embrio/bakal janin, sebagai hasil pembuahan sel telur oleh sperma. Karena kehadirannya yang spesifik sebagai hasil pembuahan itulah, maka HCG dapat dijadikan penanda kehamilan. Namun biasanya dibutuhkan 3-4 minggu sejak hari pertama menstruasi terakhir (biasanya dokter menyebutnya HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir) agar jumlah HCG dapat dideteksi oleh uji kehamilan.
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba falopi, telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan memproduksi HCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni. Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlambatan haid, kira-kira hari keenam sejak pelekatan janin pada dinding rahim. Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami penambahan kadar hormon HCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari. Peningkatan kadar hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering dirasakan para ibu hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara perlahan, dan hampir mencapai kadar normal beberapa saat setelah persalinan. Tetapi ada kalanya kadar hormon ini masih di atas normal sampai 4 minggu setelah persalinan atau keguguran.
Kadar HCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada kehamilan kembar dan  kasus hamil anggur (mola). Sementara pada perempuan yang tidak hamil dan juga laki-laki, kadar HCG di atas normal bisa mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi. Tak hanya itu, kadar HCG yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut diwaspadai, karena dapat berarti kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian janin yang biasa disebut aborsi spontan.

Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah (home pregnancy test, HPT) yang biasa dikenal dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk mendeteksi kehamilan pada tahap awal yang menggunakan urine. Urine yang digunakan yaitu air seni pertama setelah bangun pagi, karena konsentrasi hormon HCG pada saat itu tinggi dalam urine. Bentuk alat tes kehamilan (test pack) ada dua macam, yaitu strip dan compact. Bedanya, bentuk strip harus dicelupkan ke urine yang telah ditampung atau disentuhkan pada urine waktu buang air kecil. Untuk compact sudah ada tempat untuk menampung urine yang akan diteteskan.

Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah dengan metode strip. Metode strip berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibody (immunoassay). Metode strip lebih sensitif yaitu minimal 20-25 mIU/ml. Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain lebih sensitif juga lebih praktis.

Reaksi  pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai antigen dan anti HCG sebagai antibodi bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali antigen pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel B yang berbeda-beda. Sedangkan antibodi monoklonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena berasal dari satu sel B yang dibiakan.

Antibodi tersebut adalah antibodi anti HCG yang pertama (kita sebut saja anti HCG-1), antibodi anti HCG yang kedua (anti HCG-2) dan anti-anti HCG-1 (antibodi dengan anti HCG-1 sebagai antigen). Ketiga antibodi itu terletak di lokasi yang berbeda dengan sifat yang berbeda pula. Anti HCG-1 bersifat mobile sehingga bisa ikut berpindah ke area Test (T) dan Control (C) melalui gerakan kapilaritas. Anti HCG-1 merupakan antibodi monoklonal sedangkan anti HCG-2 bersifat poliklonal. Anti HCG-2 di area T dan anti-anti HCG-1 di area C bersifat fixed atau tertanam, artinya tidak dapat berpindah sehingga tidak ikut mengalir/berpindah tempat. Enzim yang terikat anti HCG-1 akan menjadi enzim aktif bila ada ikatan antara anti HCG-1, HCG dan Anti HCG-2 di area T atau ikatan antara anti HCG-1 dan anti-anti HCG di area C. Enzim aktif di area T dan atau C akan mengubah substansi tak berwarna menjadi substansi berwarna merah.

HCG sebagai antigen, akan berikatan dengan anti HCG. Gaya kapilaritas membawa senyawa ikatan HCG dan anti HCG-1 menuju daerah T. Di daerah T, anti HCG-2 akan berikatan dengan HCG yang telah berikatan dengan anti HCG-1 namun pada epitop yang berbeda. Terbentuklah kompleks anti HCG-1, HCG, dan anti HCG-2. Enzim menjadi aktif dan daerah T berwarna merah. Selanjutnya, sisa anti HCG-1 yang belum berikatan dengan HCG akan menuju daerah C dan berikatan dengan anti-anti HCG-1. Kompleks ini akan mengaktifkan enzin sehingga daerah T berwarna merah. Pada akhirnya, akan terlihat dua strip merah yaitu pada daerah T dan daerah C dan diintepretasikan sebagai hasil positif hamil.

Urin tidak mengandung HCG sehingga tidak terjadi kompleks anti HCG-1 dengan HCG. anti HCG-1 yang bebas kemudian menuju ke area T tempat anti HCG-2. Karena tidak ada HCG maka tidak akan terjadi interaksi antara anti HCG1 dan anti HCG-2 melalui perlekatan dengan HCG pada epitop berbeda.Enzim pada anti HCG-1 tetap inaktif dan reaksi enzimatis pembentukan warna tidak terjadi. Akibatnya anti HCG-1 akan terus ikut gaya kapilaritas menuju daerah C. Di daerah ini terjadi kompleks antigen antibodi yaitu anti HCG-1 (sebagai antigen) dengan anti anti HCG-1 (sebagai antibodi terhadap anti-HCG-1). Kompleks ini membuat enzim aktif sehingga terbentuk warna merah. Warna merah hanya pada area C sehingga hanya ada satu garis dan diintepretasikan sebagai hasil negatif hamil (tidak hamil).

 

VII.     Alat dan bahan
a.  Wadah penampung urine
b.  Test pack
c.  Urine pagi
d.  Tissue

VIII.  Cara kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2.      Diambil bungkusan  test pack, buka bungkusannya.
3.      Diambil strip test, lalu dicelupkan pada urine dalam wadah.
4.      Didiamkan 3 – 5 menit, baca hasil secara makroskopis ditandai dengan perubahan warna garis yang tertera pada test pack

IX.        Hasil pengamatan
Hasil pemeriksaan     :
Gambar
Keterangan
                                   

a.         Terbentuk garis merah pada Control (C)
b.        Tidak terbentuk garis merah pada test

Interpretasi hasil       :
Positif           : terbentuk garis merah pada C (control) dan T (Test)
Negatif          : terbentuk garis merah pada C (control)

X.           Pembahasan
Prinsip dari tes ini adalah penambahan urin ke peralatan tes dan membiarkannya berjalan di sepanjang absorban. Penanda antibodi yang menafsirkan warna melekat ke hCG pada daerah tes dan menghasilkan pita ketika konsentrasi hCG sama dengan atau lebih dari 20 mIU/ml.
Pada keadaan  tidak adanya hormon  HCG, maka tidak akan terbentuk pita di daerah tes. Reaksi pencampuran berlanjut di sepanjang absorban melewati daerah tes dan kontrol. Konjugasi yang tidak berikatan ke reagen pada daerah kontrol menghasilkan pita berwarna ungu, yang menunjukkan bahwa reagen dan peralatan masih berfungsi secara baik.
Adapun proses yang lebih rinci adalah: urin yang diperiksa akan bergerak dari zona yang satu ke zona yang lain, dimulai dari zona yang terdapat mobile anti HCG1. Anti HCG1 akan ikut terbawa oleh urin ke zona anti HCG2. Disinilah penentuan positif atau negatifnya suatu tes. Jika pada urin terdapat molekul HCG, maka molekul ini yang sebelumnya sudah berikatan dengan anti-hCG1 akan berikatan dengan anti-HCG 2 sehingga akan terbentuk warna atau garis pada strip ataupun kaset pemeriksaan. Jika pada urin tidak terdapat molekul HCG, maka anti-HCG 2 tidak akan terikat.
Selanjutnya urin bergerak ke zona anti-anti HCG. Pada zona ini, baik urin yang mengandung molekul HCG maupun yang tidak, akan terbentuk warna ataupun garis. Hal ini dikarenakan anti-anti hCG berikatan dengan anti-HCG1 yang ikut terbawa oleh urin. Zona ini disebut kontrol.
Pengumpulan dan penyimpanan urin sebaiknya menggunakan urin pagi hari karena berisi konsentrasi HCG yang paling tinggi sehingga baik untuk pemeriksaan sampel urin. Meskipun demikian, urin sewaktu dapat juga digunakan. Urin spesimen dikumpulkan pada gelas atau penampung plastik yang bersih. Jika spesimen tidak digunakan segera maka harus disimpan pada suhu 2-8 °C dan letakkan pada suhu temperatur sebelum digunakan, tetapi penyimpanan ini tidak boleh lebih dari 48 jam.
Pada percobaan mendeteksi adanya HCG dalam urine wanita yang diduga hamil secara kromatografi immunoassay ini, diperoleh hasil yang negatif (-), yaitu terbentuknya warna merah pada garis C yakni kontrol. Ini menunjukkan bahwa urin dari pasien yang diperiksa tidak mengandung HCG (Human Choironic Gonadotropin). Apabila hasil positif maka akan terbentuk dua garis merah yaitu pada control dan test yang berarti urine yang diperiksa mengandung HCG.

XI.        Kesimpulan
XII.     Daftar pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar