I.
Judul
Pemeriksaan Widal metode
tabung
II.
Tanggal
Senin, 18 Mei 2015
III.
Tujuan
Untuk mendeteksi penyakit typus dan berat ringannya infeksi oleh bakteri Salmonella
typhii dengan melihat titer antibodi dalam serum
IV.
Metode
Dengan metode tabung
V.
Prinsip kerja
Reaksi
aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan
yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi
antara antigen dan antibodi (aglutinin).
VI.
Landasan teori
Uji widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat
ini masih digunakan secara luas, khususnya di negara berkembang termasuk
Indonesia. Uji widal dapat dilakukan dengan metode tabung atau dengan metode
peluncuran (slide). Uji
widal dengan metode peluncuran dapat dikerjakan lebih cepat dibandingkan dengan
uji widal tabung, tetapi ketepatan dan spesifisitas uji widal tabung lebih baik
dibandingkan dengan uji widal peluncuran.
Antigen merupakan suatu substansi yang dapat merangsang hewan
atau manusia untuk membentuk protein yang dapat berikatan dengannya dengan cara
spesifik. Antibodi merupakan suatu substansi yang dihasilkan sebagai jawaban
(respon) terhadap antigen yang reaksinya spesifik terhadap antigen tersebut.
Antibodi yang dihasilkan tadi hanya akan bereaksi dengan antigennya atau dengan
antigen lain yang mempunyai persamaan dekat dengan antigen pertama. Antibodi
yang terdapat dalam cairan tubuh biasanya disebut antibodi humoral dan beberapa
diantaranya dapat menghasilkan reaksi yang dapat dilihat dengan mata (visibel).
Antibodi spesifik dibentuk di dalam sel tertentu yang bereaksi secara spesifik
dan langsung terhadap antigen. Antibodi semacam ini dikenal sebagai antigen
seluler.
Aglutinasi merupakan reaksi serologi klasik yang dihasilkan
gumpalan suspensi sel oleh sebuah antibodi spesifik yang secara tidak langsung
meyerang spesifik antigen. Beberapa uji telah digunakan secara luas untuk
mendeteksi antibodi yang menyerang penyakit yang dihasilkan mikroorganisme pada
serum dalam waktu yang lama. Fase pertama aglutinasi adalah penyatuan
antigen-antibodi terjadi seperti pada presipitasi dan tergantung pada kekuatan
ion, pH dan suhu. Fase kedua yaitu pembentukan kisi-kisi tergantung pada
penanggulangan gaya tolak elektrostatik partikel-partikel.
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan jika
masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Bakteri ni ditularkan dari
hewan atau produk hewan kepada manusia dan menyebabkan enteris, infeksi
sistemik dan demam enteric. Salmonella merupakan bakteri Gram
(-) batang, tidak berkapsul dan bergerak dengan flagel peritrich.
(Soemarno, 2000).
Salmonella pada umumnya harus diidentifikasikan dengan analisa antigenik
seperti Enterobacteriaceae yang lain. Salmonella mempunyai antigen O dan antigen H,
tetapi beberapa diantaranya ada yang memiliki antigen Vi. Antigen ini dapat
mengganggu aglutinasi O atau anti serum O dan berhubungan dengan virulensi.
Bagian paling luar dari dinding sel lipopolisakarida salah satunya adalah
antigen O, yang terdiri dari satuan-satuan lipopolisakarida yang berulang,
sehingga jika kehilangan antigen ini mengakibatkan bentuk koloni yang
seharusnya menjadi kasar. Antigen H terletak pada flagel dan jika kehilangan
antigen H dapat mengakibatkan Salmonella ini tidak dapat bergerak. Kedua
antigen ini dapat digunakan untuk identifikasi Salmonella.
Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi pendarahan,
kebocoran usus, infeksi selaput, renjatan bronkopnemonia dan kelainan di otak.
Terdapat gejala penyakit tifus segera di lakukan pemeriksaan laboratorium untuk
menegakkan diagnosa penyakit tifus, koma. Keterlambatan diagnose dapat
menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal, sampai pada kematian. Tanda-tanda dan gejala PA
(Paratyphoid fever A) menunjukan
tidak spesifitas, jenis penyakit ini sulit untuk didiagnosa secara akurat.
Meskipun diagnosis definitife tetapi, dapat dibuat isolasi SPA (serovar
Paratyphi A (SPA), dari spesimen klinis seperti darah, sumsum tulang, urin atau
tinja atau dengan menunjukan meningkatnya titer O (somatic), H (flagelata), dan
A (flagella), ditandai dengan aglutinasi antibodi dalam sampel serum yang
berpasangan.
VII.
Alat dan bahan
- Tabung reaksi
- Serum
- Mikropipet
- Blue tip dan yellow tip
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Waterbath
- Na-fisiologi
- Reagen latex
VIII.
Cara kerja
1.
Siapkan alat dan bahan yang
akan digunakan
2.
Siapkan 10 tabung, untuk
tabung pertama masukan 1,9 ml Na-fis dan pada tabung 2 sampai tabung 10 masukan
1 ml pada masing-masing tabung.
3.
Tambahkan 0,1 ml serum pada
tabung 1 kemudian homogenkan.
4.
Dari tabung 1, ambil
sebanyak 1 ml dan kemudian masukan pada tabung 2, dari tabung 2 masukan 1 ml ke
dalam tabung 3 dan begitu seterusnya sampai tabung 9.
5.
Buang 1 ml dari tabung 9,
dan untuk tabung 10 berlaku sebagai kontrol.
6.
Tambahkan 1 tetes antigen
pada tabung 1-10 kemudian homogenkan.
7.
Inkubasi selama :
·
Untuk typhi “O” pada suhu
50˚C selama 4 jam.
·
Untuk typhi “H” pada suhu
50˚C selama 2 jam.
8.
Amati hasil (terjadi
aglutinasi atau tidak terjadi aglutinasi)
IX.
Hasil pengamatan
Hasil pemeriksaan
Tabung
|
Hasil
|
1
|
+
|
2
|
-
|
3
|
-
|
4
|
-
|
5
|
-
|
6
|
-
|
7
|
-
|
8
|
-
|
9
|
-
|
10 (kontrol)
|
-
|
Dari hasil tersebut Salmonella H antigen group C
mengalami aglutinasi.
Interpretasi hasil :
·
Negatif
: tidak terjadi aglutinasi
· Positif : terjadi aglutinasi
· Tabung I (1/20), II (1/40), III (1/80), IV (160), V (1/320), VI
(1/640), VII (1/1280), VIII (1/2560), IX (1/5120), X (Kontrol).
X.
Pembahasan
Uji
reaksi Widal menggunakan suspensi bakteri S.typhii dan S.
paratyphi dengan perlakuan
antigen H dan O. Antigen ini dikerjakan untuk mendeteksi antibodi yang sesuai
pada serum pasien yang diduga menderita demam typhoid. Antibodi IgM somatik O
menunjukksn awal dan merepresentasikan respon serologi awal pada penderita
demam thypoid akut, dimana antibodi IgG flagela H biasanya berkembang lebih lambat
tetapi tetap memanjang.
Pada
praktikum ini diperoleh hasil pemeriksaan sampel darah positif, ini menunjukkan
sampel darah pasien ditemui adanya antibody terhadap kuman Salmonella typhi H dan Salmonella
paratyphi C. Terjadi penggumpalan pada tabung dengan reaksi pengenceran 1/20,
ini menandakan sampel pasien positif .
Praktikum
ini menggunakan NaCl yang bertujuan saar pengenceran, antisera yang ditambahkan
berguna untuk mengetahui aglutinasi atau tidak, karena antiresa akan berekasi
dengan sampel, jika hasil positif akan terjadi aglutinasi. Pemeriksaan ini
dihentikan karena hasil yang diperoleh negative, jika pemeriksaan ini
dilanjutkan hasil yang diperoleh akan tetap negative.
XI.
Kesimpulan
Dari praktikum diatas dapat
diketahui bahwa sampel pasien dalam keadaan positif mengandung Salmonella typhi H Salmonella paratyphi C dengan titer 20 IU/ml.
XII.
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar