Halaman

Minggu, 06 Maret 2016

Laporan Praktikum Pemeriksaan Widal metode tabung



I.              Judul
Pemeriksaan Widal metode tabung
II.           Tanggal
          Senin, 18 Mei 2015
III.        Tujuan
Untuk mendeteksi penyakit typus dan berat ringannya infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dengan melihat titer antibodi dalam serum 
IV.        Metode
Dengan metode tabung

V.           Prinsip kerja
Reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
VI.        Landasan teori
Uji widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini masih digunakan secara luas, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Uji widal dapat dilakukan dengan metode tabung atau dengan metode peluncuran (slide). Uji widal dengan metode peluncuran dapat dikerjakan lebih cepat dibandingkan dengan uji widal tabung, tetapi ketepatan dan spesifisitas uji widal tabung lebih baik dibandingkan dengan uji widal peluncuran.
Antigen merupakan suatu substansi yang dapat merangsang hewan atau manusia untuk membentuk protein yang dapat berikatan dengannya dengan cara spesifik. Antibodi merupakan suatu substansi yang dihasilkan sebagai jawaban (respon) terhadap antigen yang reaksinya spesifik terhadap antigen tersebut. Antibodi yang dihasilkan tadi hanya akan bereaksi dengan antigennya atau dengan antigen lain yang mempunyai persamaan dekat dengan antigen pertama. Antibodi yang terdapat dalam cairan tubuh biasanya disebut antibodi humoral dan beberapa diantaranya dapat menghasilkan reaksi yang dapat dilihat dengan mata (visibel). Antibodi spesifik dibentuk di dalam sel tertentu yang bereaksi secara spesifik dan langsung terhadap antigen. Antibodi semacam ini dikenal sebagai antigen seluler.
Aglutinasi merupakan reaksi serologi klasik yang dihasilkan gumpalan suspensi sel oleh sebuah antibodi spesifik yang secara tidak langsung meyerang spesifik antigen. Beberapa uji telah digunakan secara luas untuk mendeteksi antibodi yang menyerang penyakit yang dihasilkan mikroorganisme pada serum dalam waktu yang lama. Fase pertama aglutinasi adalah penyatuan antigen-antibodi terjadi seperti pada presipitasi dan tergantung pada kekuatan ion, pH dan suhu. Fase kedua yaitu  pembentukan kisi-kisi tergantung pada penanggulangan gaya tolak elektrostatik partikel-partikel.
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan  jika masuk ke dalam  tubuh  melalui mulut. Bakteri ni ditularkan dari hewan atau produk hewan kepada  manusia dan menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan demam enteric. Salmonella  merupakan bakteri Gram (-)  batang, tidak berkapsul dan bergerak dengan flagel peritrich. (Soemarno, 2000).
Salmonella pada umumnya harus diidentifikasikan dengan analisa antigenik seperti Enterobacteriaceae yang lain. Salmonella mempunyai antigen O dan antigen H, tetapi beberapa diantaranya ada yang memiliki antigen Vi. Antigen ini dapat mengganggu aglutinasi O atau anti serum O dan berhubungan dengan virulensi. Bagian paling luar dari dinding sel lipopolisakarida salah satunya adalah antigen O, yang terdiri dari satuan-satuan lipopolisakarida yang berulang, sehingga jika kehilangan antigen ini mengakibatkan bentuk koloni yang seharusnya menjadi kasar. Antigen H terletak pada flagel dan jika kehilangan antigen H dapat mengakibatkan Salmonella ini tidak dapat  bergerak. Kedua antigen ini dapat digunakan untuk identifikasi Salmonella.
Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi pendarahan, kebocoran usus, infeksi selaput, renjatan bronkopnemonia dan kelainan di otak. Terdapat gejala penyakit tifus segera di lakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit tifus, koma. Keterlambatan diagnose dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal, sampai pada kematian. Tanda-tanda dan gejala PA (Paratyphoid fever A) menunjukan tidak spesifitas, jenis penyakit ini sulit untuk didiagnosa secara akurat. Meskipun  diagnosis definitife tetapi, dapat dibuat isolasi SPA (serovar Paratyphi A (SPA), dari spesimen klinis seperti darah, sumsum tulang, urin atau tinja atau dengan menunjukan meningkatnya titer O (somatic), H (flagelata), dan A (flagella), ditandai dengan aglutinasi antibodi dalam sampel serum yang berpasangan.
VII.     Alat dan bahan


  1. Tabung reaksi
  2. Serum
  3. Mikropipet
  4. Blue tip dan yellow tip
  5. Tabung reaksi
  6. Rak tabung
  7. Waterbath
  8. Na-fisiologi
  9. Reagen latex



VIII.  Cara kerja
1.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Siapkan 10 tabung, untuk tabung pertama masukan 1,9 ml Na-fis dan pada tabung 2 sampai tabung 10 masukan 1 ml pada masing-masing tabung.
3.      Tambahkan 0,1 ml serum pada tabung 1 kemudian homogenkan.
4.      Dari tabung 1, ambil sebanyak 1 ml dan kemudian masukan pada tabung 2, dari tabung 2 masukan 1 ml ke dalam tabung 3 dan begitu seterusnya sampai tabung 9.
5.      Buang 1 ml dari tabung 9, dan untuk tabung 10 berlaku sebagai kontrol.
6.      Tambahkan 1 tetes antigen pada tabung 1-10 kemudian homogenkan.
7.      Inkubasi selama :
·         Untuk typhi “O” pada suhu 50˚C selama 4 jam.
·         Untuk typhi “H” pada suhu 50˚C selama 2 jam.
8.      Amati hasil (terjadi aglutinasi atau tidak terjadi aglutinasi)



IX.        Hasil pengamatan
Hasil pemeriksaan
Tabung
Hasil
1
+
2
-
3
-
4
-
5
-
6
-
7
-
8
-
9
-
10 (kontrol)
-

Dari hasil tersebut Salmonella H antigen group C mengalami aglutinasi.

Interpretasi hasil       :
·  Negatif  : tidak terjadi aglutinasi
·  Positif : terjadi aglutinasi
·  Tabung I (1/20), II (1/40), III (1/80), IV (160), V (1/320), VI (1/640),  VII (1/1280),  VIII (1/2560),  IX (1/5120), X (Kontrol).

X.           Pembahasan

Uji reaksi Widal menggunakan suspensi bakteri S.typhii dan S. paratyphi dengan perlakuan antigen H dan O. Antigen ini dikerjakan untuk mendeteksi antibodi yang sesuai pada serum pasien yang diduga menderita demam typhoid. Antibodi IgM somatik O menunjukksn awal dan merepresentasikan respon serologi awal pada penderita demam thypoid akut, dimana antibodi IgG flagela H biasanya berkembang lebih lambat tetapi tetap memanjang.
Pada praktikum ini diperoleh hasil pemeriksaan sampel darah positif, ini menunjukkan sampel darah pasien ditemui adanya antibody terhadap kuman Salmonella typhi H dan Salmonella paratyphi C. Terjadi penggumpalan pada tabung dengan reaksi pengenceran 1/20, ini menandakan sampel pasien positif .
Praktikum ini menggunakan NaCl yang bertujuan saar pengenceran, antisera yang ditambahkan berguna untuk mengetahui aglutinasi atau tidak, karena antiresa akan berekasi dengan sampel, jika hasil positif akan terjadi aglutinasi. Pemeriksaan ini dihentikan karena hasil yang diperoleh negative, jika pemeriksaan ini dilanjutkan hasil yang diperoleh akan tetap negative. 

XI.        Kesimpulan
Dari praktikum diatas dapat diketahui bahwa sampel pasien dalam keadaan positif mengandung Salmonella typhi H Salmonella paratyphi C dengan titer 20 IU/ml.

XII.     Daftar pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar