Halaman

Kamis, 29 Januari 2015

Metamorfosis sempurna



Ulat. Hewan kecil yang dianggap mengganggu bagi sebagian besar orang. Bahkan tak sedikit pula yang benci padanya. Ya, tampilannya yang kecil, berbulu dan menakutkan sering kali menyebabkan kehadirannya sangat tidak diinginkan. Ulat yang pada dasarnya adalah hewan yang bergerak dengan perutnya layaknya ular. Namun berbeda dengan ular yang dapat bergerak dengan gesit, ulat ternyata tidak mempunyai kemampuan seperti itu. Tubuhnya yang kecil tidak menjadi jaminan dia bisa perpindah tempat dengan cepat.
“tak bisakah kau jalan cepat sedikit, jangan seperti ulat”. Pernahkah mendengar kalimat sejenis itu? Dari berbagai jenis hewan lamban seperti keong, siput, entah mengapa ulat lebih sering digunakan sebagai perumpamaan. Dan makin hari makin banyak saja orang yang mengikutinya. Orang yang “klemar-klemer “ dianggap seperti ulat. Bahkan ada orang yang menganggap temannya seperti ulat karena temannya tersebut sering lola jika diajak berkomuniksi.
Jika ulat dianggap hewan yang sangat menjengkelkan dan perlu dihindari, lain halnya dengan kupu- kupu. Orang tidak akan jijik jika melihat kupu-kupu, mereka tidak menghindar, apalagi menjahui, justru beberapa dari mereka akan mengejar kupu-kupu tersebut. Bentuknya yang lucu, berwarna-warni, dan dapat terbang kesana-kemari menjadi daya tarik tersendiri. Cantik, dan mengagumkan.
Kupu-kupu dijadikan lambang keanggunan, kelembutan, dan berbagai keindahan lainnya. Sedangkan ulat tetap saja dianggap sebagai keburukan. Padahal pada dasarnya tidak pernah ada kupu-kupu yang tidak pernah menjadi ulat terlebih dahulu. Ya, ulat- kepompong- kupu-kupu. Salah satu metamorfosis sempurna yang diciptakan oleh Tuhan yang bisa digunakan sebagai bahan renungan bagi kita semua.
Ulat yang pada mulanya buruk, lelet, lambat dan dibenci semua orang bisa berubah wujud menjadi indah, dan disenangi oleh banyak orang. Tentu saja perubahan tersebut bukanlah perubahan yang bisa terjadi begitu saja. Untuk mencapai semua itu ulat perlu bersemedi, berpuasa, menahan diri, dalam wujud berupa kepompong. Jika dia mampu bertahan dalam maka ketika ia kembali membuka matanya, orang tidak akan mencacinya dan justru akan memuji dan mengaguminya.
Begitu juga  pada manusia, seseorang yang saat ini dianggap buruk, lamban, dan menjengkelkan belum tentu selamanya akan seperti itu. Tak perlu bersemedi layaknya ulat, tapi coba lebih mendengarkan orang lain, merubah kebiasaan buruk, dan sebagai gantinya lakukanlah kebaikan-kebaikan, dan tentu saja harus ulet, gigih, dan pantang menyarah.  Jika sudah begitu bukan tidak mungkin suatu hari akan membuat orang lain terkejut dengan segala perubahan, pencapaian, dan kesuksesannya.selamat bermetamorfosis semoga kita semua bisa menjadi kupu-kupu yang menawan :)

Selasa, 20 Januari 2015

cita-cita yang tak pernah tercita-citakan



Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai dikemudian hari nanti. Aku pribadi mulai mengenal istilah cita-cita sejak masih kelas 1 SD. Waktu kecil  aku sering ditanya oleh guru ku, bu Mutmainah namanya. Beliau dengan sabar menjelaskan pada kami yang waktu itu masih sangat kecil dan polos, bahwa kami harus mempunyai cita-cita.  Kemudian beliau menanyai kami satu persatu, kebanyakan temanku menjawab bahwa mereka ingin menjadi dokter, polisi, tentara. Ya jawaban klise seorang anak ketika ditanya soal cita-cita. Tibalah giliranku beliau bertanya “ Rara kalau besar mau jadi apa?” aku lupa aku menjawab apa tapi yang pasti waktu itu aku sama sekali belum punya cita-cita. Bahkan membayangkan pun aku belum bisa.