Halaman

Jumat, 25 September 2015

Buat apa bikin Path?

Jaman sekarang siapa sih yang nggak punya smartphone? Hampir semua orang punya, bahkan terkadang bisa lebih dari satu. Ya, entah itu kebutuhan atau hanya gengsi menuruti gaya hidup saja tapi smartphone emang udah jadi kebutuhan pokok bagi manusia kekinian :P

Dan nggak lengkap rasanya kalo punya smartphone tanpa punya aplikasi-aplikasi media social masa kini yang lagi nge-hitzzt !! dari mulai facebook, twitter, whats up, BBM, LINE, instagram, snapchat, kik, path, tumblr, aks.fm. Apa lagi ya? Hhmmm.. Mungkin masih banyak sosmed yang belum aku sebutin, abis aku taunya cuma itu aja sih hehee. Dari sekian sosmed yang aku sebutin di atas, aku ‘cuma’ punya lima. Kelima akun tersebut adalah facebook, BBM, LINE, instagram, dan tumblr. Standar banget kan untuk ukuran anak jaman sekarang, bahkan bisa dibilang ketinggalan jaman. Twitter aja nggak punya, path apalagi hahaaaa.

Pernah sih ditegur sama temen suruh up-grade sosmed biar nggak kudet katanya. Tapi ya mau buat apa gitu lo. Dan soal Path, nah ini bisa dibilang media social yang paling digandrungi oleh anak muda masa kini. Ada berbagai hal yang bisa dilakukan disana nggak cuma sekedar up-date status aja, tapi juga bisa share lokasi (check-in), share apa yang lagi ditonton, didengerin, dan lain-lain yang aku nggak tau (ya maklum aku kan udah bilang kalo aku nggak punya akun kaya gini :P)
Ada alasan kenapa aku gamau punya path. Dulu aku sempet punya, beberapa hari kemudian aku hapus. Kenapa? Karna aku nggak suka. Titik. Kenapa aku nggak suka? Lah, ini yang kayanya menarik untuk dibahas.

Menurut aku pribadi, Path adalah media untuk unjuk kebolehan alias ajang pamer (Sekali lagi aku bilang bahwa ini pendapatku pribadi, jadi jangan dibawa perasaan yes, kalo bahasa sekarang sih gausah baper).

Kebanyakan postingan di Path berisi keterangan semacam dan serupa  ini, “Subhanallah segarnya udara malang( sambil selfie muka ceria yang menandakan dia lagi liburan di Malang) , bahagia itu sederhana cukup bisa makan sepuasnya di hollycow, nggak perlu tempat yang mewah cukup dinner denganmu di samping menara Eiffel pun cukup membut aku bahagia” dan kalimat ambigu bahagia sederhana lainnya . Sederhana mbahmu lek !!  gatau kenapa aku geli banget baca-baca caption semacam itu, ini orang maksudnya apa? Tujuan dan motivasinya apa ya nulis kaya gitu?
Selain merasa geli, membaca hal semacam itu juga bisa menimbulkan rasa iri. Misal, lagi liburan nih critanya. Aku buka path dan temen-temenku lagi pada “Nge-Trip” kesana kemari sedangkan aku cuma dirumah sambil belajar memasak. Kalo imanku nggak kuat, bisa aja aku iri, meri sama temenku yang hidupnya terlihat sangat sempurna. Bahkan bisa jadi aku malah membandingkan hidupku dengan orang lain, berburuk sangka pada Allah telah memberiku hidup yang tidak adil, alhasil aku menjadi manusia yang tidak bersyukur. Astaghrirullah....  


Nah, karna aku sadar diri bahwa jiwaku masih rapuh dan mudah sekali merasa iri maka aku memutuskan untuk tidak memiliki akun semacam itu. Mungkin ada orang lain akan menganggapku aneh,  Nggak jelas. Ndak papa, bukankah setiap insan memiliki prinsip masing-masing?  

Kamis, 24 September 2015

Ketika Rara Jatuh Cinta

duhai kamu,
seseorang yang selalu aku tunggu
sadarkah kamu bahwa disini aku selalu merindu
tak pernah ku malu untuk menyebut namamu
dalam setiap bait doaku
berharap Allah akan berbaik hati dan menjadikanku permaisurimu

namun semua tak perlu buru-buru
karna kutau akupun belum mampu
belum cukup bekalku untuk hidup bersamamu
menemanimu melewati batas waktu

kini, aku masih merangkak
berusaha menggapai apa-apa yang belum aku tau
belajar pada dunia arti hidup sesungguhnya
hingga nanti aku mampu untuk berjalan
dan pada akhirnya nanti kau akan mengajaku berlari bersama menuju Jannah-Nya
tunggulah aku, tungguuu~


-ditulis di rumah tercinta pada malam idul Adha-