I.
Judul
Pemeriksaan
Veneral Disease Research Laboratory (VDRL)
II.
Tanggal
Senin, 27 April 2015
III.
Tujuan
Untuk mendeteksi adanya antibody nontreponema atau
Reagin
IV.
Metode
Test Semi Kuantitatif
V.
Prinsip
Kerja
Adanya antibody regain (antibody non
treponema) dalam serum penderita akan bereaksi dengan antigen lipoid yang
terkandung dalam reagen VDRL membentuk presipitan.
VI.
Landasan
Teori
Sifilis
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponemal palidum. Penularan melalui kontak seksual,
melalui kontak langsung dan kongenital sifilis (melalui ibu ke anak dalam
uterus). Penyakit sifilis adalah penyakit
kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai
menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang
seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan
oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Sehingga menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi tersebut. Sifilis sering disebut sebagai “Lues Raja Singa”.
Banyak
dari para penderita sifilis yang tidak menyadari jika mereka terkena sifilis
dan karena itu mereka tidak mendapat pengobatan yang baik. Infeksi terutama
didapat apabila ada kontak langsung dengan luka terbuka sifilis yang sedang
aktif.
Sifilis
mempunyai beberapa stadium infeksi. Setelah terinfeksi dengan sifilis, ada masa
inkubasi, yaitu masa sampai sebelum timbulnya gejala luka terbuka yang disebut
”chancre” sekitar 9-90 hari, umumnya rata-rata saat 21 hari sudah terlihat.
Stadium
pertama sifilis bisa ada sebuah luka terbuka yang disebut chancre di daerah
genital, rektal, atau mulut. Luka terbuka ini tidak terasa sakit. Pembesaran
kelenjar limfe bisa saja muncul. Seorang penderita bisa saja tidak merasakan
sakitnya dan biasanya luka ini sembuh dengan sendirinya dalam waktu 4-6 minggu,
maka dari itu penderita biasanya tidak akan datang ke dokter untuk berobat,
tetapi bukan berarti sifilis ini menghilang, tapi tetap beredar di dalam tubuh.
Jika tidak diatasi dengan baik, akan berlanjut hingga stadium selanjutnya.
Stadium
kedua muncul sekitar 1-6 bulan (rata-rata sekitar 6-8 minggu) setelah infeksi
pertama, ada beberapa manifestasi yang berbeda pada stadium kedua ini. Suatu
ruam kemerahan bisa saja timbul tanpa disertai rasa gatal di bagian-bagian
tertentu,seperti telapak tangan dan kaki, atau area lembab, seperti skrotum dan
bibir vagina. Selain ruam ini, timbul gejala-gejala lainnya, seperti demam,
pembesaran kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, sakit kepala, kehilangan
berat badan, nyeri otot, dan perlu diketahui bahwa gejala dan tanda dari
infeksi kedua sifilis ini juga akan bisa hilang dengan sendirinya, tapi juga
perlu diingat bahwa ini bukan berarti sifilis hilang dari tubuh Anda, tapi
infeksinya berlanjut hingga stadium laten.
Stadium
laten adalah stadium di mana jika diperiksa dengan tes laboratorium, hasilnya
positif, tetapi gejala dan tanda bisa ada ataupun tidak. Stadium laten ini juga
dibagi sebagai stadium awal dan akhir laten. Dinyatakan sebagai sifilis laten
awal ketika sifilis sudah berada di dalam badan selama dua tahun atau kurang
dari infeksi pertama dengan atau tanpa gejala. Sedangkan sifilis laten akhir
jika sudah menderita selama dua tahun atau lebih dari infeksi pertama tanpa
adanya bukti gejala klinis. Pada praktiknya, sering kali tidak diketahui kapan
mulai terkena sehingga sering kali harus diasumsikan bahwa penderita sudah
sampai stadium laten.
Sifilis
tersier yang muncul pada 1/3 dari penderita yang tidak ditangani dengan baik.
Biasanya timbul 1-10 tahun setelah infeksi awal, tetapi pada beberapa kasus
bisa sampai 50 tahun baru timbul, stadium ini bisa dilihat dengan tanda-tanda
timbul benjolan seperti tumor yang lunak. Pada stadium ini, banyak kerusakan
organ yang bisa terjadi, mulai dari kerusakan tulang, saraf, otak, otot, mata,
jantung, dan organ lainnya.
Dari segi
imunoassai, suatu infeksi dengan T.pallida yang dikenal sebagai pengobatan dari
Sifilis akan menimbulkan 2 jenis antibody sebai berikut :
a.
Antibodi
nontreponemal atau regain sebagai akibat dari sifilis atau penyakit infeksi
yang lain. Antibodi ini baru terbentuk setelah
penyakit menyebar kekelenjar limfe regional dan menyebabkan kerusakan jaringan.
Antibodi ini membrikan reaksi silang dengan beberapa antigen dari jaringan lain
seperti misalnya dengan antigen lipoid dari ekstrak otot jantung.
b.
Antibodi
treponemal yang bereaksi dengan T.pallida dan closely related Strains. Dalam
golongan antibody ini dapat dibedakan 2 jenis antibody yaitu:
Group Treponemal antibody, yaitu antibody terhadap antigen somatic yang dimiliki oleh semua Treponemal. Antibodi terponemal yang spesifik, yaitu antibody terhadap antigen spesifik dari T.pallidum.
Group Treponemal antibody, yaitu antibody terhadap antigen somatic yang dimiliki oleh semua Treponemal. Antibodi terponemal yang spesifik, yaitu antibody terhadap antigen spesifik dari T.pallidum.
Untuk mengetahui tertular sipilis atau tidak, maka harus melakukan Test TPHA (Treponema
Palledum Hemaglutination). Tindakan ini untuk mengetahui secara
spesifik apakah ada reaksi antibodi terhadap kuman treponema. Jika di dalam
tubuh ditemukan adanya kuman ini, maka hasil tes positif. Pasien dinyatakan
positif tertular.
Selain Test TPHA dilakukan juga test VDRL (Venereal
Desease Research Laboratory). Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) / Serum atau
Cerebrospinal Fluid (RPR) merupakan satu-satunya pemeriksaan laboratorium untuk
neunurosipilis yang disetujui oleh Centers for Disease Control. Pemeriksaan
VDRL serum bisa memberikan hasil negatif palsu pada tahap late sipilis dan
kurang sensitif dari RPR. Penyakit Pemeriksaan VDRL merupakan pemeriksaan
penyaring atau Skrining Test, dimana apabila VDRL positif maka akan dilanjutkan
dengan pemeriksaan TPHA (Trophonema
Phalidum Heamaglutinasi). Hasil uji serologi tergantung pada stadium
penyakit misalnya pada infeksi primer hasil pemeriksaan serologi biasanya
menunnjukkan hasil non reaktif. Troponema palidum dapan ditemukan pada chancre.
Hasil serologi akan menunjukan positif 1-4 minggu setelah timbulnya chancre.
Dan pada infeksi sekunder hasil serelogi akan selalu pisitif dengan titer yang
terus meningkat. Pasien yang terinfeksi bakteri treponema akan membentuk
antibody yang terjadi sebagai reaksi bahan-bahan yang dilepaskan karena
kerusakan sel-sel. Andibody tersebut disebut regain. Test
VDRL dilakukan juga sebagai tindakan skrining awal. Di laboratorium petugas
akan mengambil sampel cairan dari tubuh Anda. Kuman TREPONEMA PALLEDUM ini
awalnya berkembang biak di tempat masuknya. Bisa dari saluran kencing atau luka
infeksi. Kemudian sebagian kuman akan masuk menyerang kelenjar getah bening
yang berdekatan dan peredaran darah. Maka biasanya pemeriksaan dilakukan dengan
mengambil cairan jaringan dari lesi, kelainan kulit dan darah.
VII.
Alat
dan bahan
Alat :
|
Bahan :
|
·
Objectglass + deckglass
|
·
Serum
|
·
Tangkai pengaduk
|
· Saline
|
·
Clinipet
|
· Tissue
|
·
Yellow tip
|
|
·
Tabung reaksi + rak
|
|
·
Mikroskop
|
|
VIII. Cara kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.
Menggunakan
Na-fis untuk mengencerkan serum pasien (1/2, ¼, 1/8, 1/16, 1/32, dst.)
3.
Pindahkan 20 μl serum yang sudah diencerkan ke objectglass.
4.
Tambahkan
20 μl
reagen pada objectglass.
5.
Homogenkan
campuran dengan pengaduk disposable secara merata.
6.
Lakukan
pengamatan
pada mikroskop untuk mengetahui adanya aglutinasi dengan
perbesaran 100
x 10.
Interpretasi hasil
:
Positif (+) = adanya kristal VDRL pada hasil pengamatan mikroskop
Negatif (-) = tidak ada kristal VDRL pada hasil pengamatan mikroskop
IX.
Hasil
pengamatan
Hasil pemeriksaan VDRL :
|
1/2
|
1/4
|
1/8
|
1/16
|
1/32
|
1/64
|
1/128
|
1/256
|
1/512
|
Agung
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
No Name
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
X.
Pembahasan
Pada praktikum pemeriksaan
VDRL menggunakan metode Semikuantitatif
dengan prinsip adanya antibody regain (antibody non
treponema) dalam serum penderita akan bereaksi dengan antigen lipoid yang
terkandung dalam reagen VDRL membentuk presipitan.
Pada praktikum ini kami menggunakan 2
sampel yaitu sampel Agung dan sampel tanpa nama (No Name). Kedua sampel ini
merupakan sampel yang diduga abnormal. Sampel yang digunakan berupa serum.
Kedua sampel diencerkan dengan menggunakan Na-fis (1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, dst.)
Memindahkan serum yang telah
diencerkan tersebut sebanyak 20 μl
ke objectglass. Kemudian
meneteskan juga reagen lateks sebanyak 20 μl pada objectglass tersebut. Kemudian
dilakukan penghomogenan dan ditutup dengan deckglass. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 x 10.
Hasil dikatakan positif jika ditemukan kristal-kristal pada pengamatan
mikroskop. Setelah
dilakukan pengamatan dengan
mikroskop, untuk kedua sampel tersebut hingga sampel dengan pengenceran 1/512
masih terlihat kristal-kristal VDRL. Kristal-kristal yang terbentuk ini tidak
berwarna namun dindingnya terlihat dan jika dilihat sekilas bentuknya seperti
pecahan kaca. Jika Kristal-kristal VDRL masih ditemukan hingga pengenceran
1/256, maka sampel dapat dikatakan positif terinfeksi Treponema
palidum.
Interpretasi hasil
positif pemeriksaan
VDRL dapat diduga adanya penyakit sipilis. Pada dasarnya Test VDRL hanya digunakan untuk skrining test
saja, atau pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui adanya kuman penyebab
sipilis pada tahap awal. VDRL merupakan pemeriksaan sipilis yang tidak spesifik
tetapi cukup sensitif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pemeriksaan :
1)
Apabila specimen yang diterima adalah cairan otak maka
specimen tersebut harus disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm salam 5-10 menit
2)
Apabila serumnya lipemik baiknya disentrifuge pada
kecepatan tinggi yaitu 10000 rpm selama 10 menit
3)
Serum yang lipemik dan lisis tidak boleh diperiksa
XI.
Kesimpulan
Berdasarkan
pemeriksaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua
sampel (Agung & No Name) positif terinfeksi Treponema pallidum. Test VDRL hanya digunakan untuk skrining test
saja, atau pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui adanya kuman penyebab
sipilis pada tahap awal. VDRL merupakan pemeriksaan sipilis yang tidak spesifik
tetapi cukup sensitif.
XII.
Daftar
pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar