Halaman

Minggu, 06 Maret 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN VENERAL DISEASE RESEARCH LABORATORY (VDRL)



I.              Judul
Pemeriksaan Veneral Disease Research Laboratory (VDRL)

II.           Tanggal
Senin, 27 April 2015

III.        Tujuan
Untuk mendeteksi adanya antibody nontreponema atau Reagin
                           
IV.        Metode
Test Semi Kuantitatif


V.           Prinsip Kerja
Adanya antibody regain (antibody non treponema) dalam serum penderita akan bereaksi dengan antigen lipoid yang terkandung dalam reagen VDRL membentuk presipitan.

VI.        Landasan Teori
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponemal palidum. Penularan melalui kontak seksual, melalui kontak langsung dan kongenital sifilis (melalui ibu ke anak dalam uterus). Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut. Sifilis sering disebut sebagai “Lues Raja Singa”.
Banyak dari para penderita sifilis yang tidak menyadari jika mereka terkena sifilis dan karena itu mereka tidak mendapat pengobatan yang baik. Infeksi terutama didapat apabila ada kontak langsung dengan luka terbuka sifilis yang sedang aktif.
Sifilis mempunyai beberapa stadium infeksi. Setelah terinfeksi dengan sifilis, ada masa inkubasi, yaitu masa sampai sebelum timbulnya gejala luka terbuka yang disebut ”chancre” sekitar 9-90 hari, umumnya rata-rata saat 21 hari sudah terlihat.
Stadium pertama sifilis bisa ada sebuah luka terbuka yang disebut chancre di daerah genital, rektal, atau mulut. Luka terbuka ini tidak terasa sakit. Pembesaran kelenjar limfe bisa saja muncul. Seorang penderita bisa saja tidak merasakan sakitnya dan biasanya luka ini sembuh dengan sendirinya dalam waktu 4-6 minggu, maka dari itu penderita biasanya tidak akan datang ke dokter untuk berobat, tetapi bukan berarti sifilis ini menghilang, tapi tetap beredar di dalam tubuh. Jika tidak diatasi dengan baik, akan berlanjut hingga stadium selanjutnya.
Stadium kedua muncul sekitar 1-6 bulan (rata-rata sekitar 6-8 minggu) setelah infeksi pertama, ada beberapa manifestasi yang berbeda pada stadium kedua ini. Suatu ruam kemerahan bisa saja timbul tanpa disertai rasa gatal di bagian-bagian tertentu,seperti telapak tangan dan kaki, atau area lembab, seperti skrotum dan bibir vagina. Selain ruam ini, timbul gejala-gejala lainnya, seperti demam, pembesaran kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, sakit kepala, kehilangan berat badan, nyeri otot, dan perlu diketahui bahwa gejala dan tanda dari infeksi kedua sifilis ini juga akan bisa hilang dengan sendirinya, tapi juga perlu diingat bahwa ini bukan berarti sifilis hilang dari tubuh Anda, tapi infeksinya berlanjut hingga stadium laten.
Stadium laten adalah stadium di mana jika diperiksa dengan tes laboratorium, hasilnya positif, tetapi gejala dan tanda bisa ada ataupun tidak. Stadium laten ini juga dibagi sebagai stadium awal dan akhir laten. Dinyatakan sebagai sifilis laten awal ketika sifilis sudah berada di dalam badan selama dua tahun atau kurang dari infeksi pertama dengan atau tanpa gejala. Sedangkan sifilis laten akhir jika sudah menderita selama dua tahun atau lebih dari infeksi pertama tanpa adanya bukti gejala klinis. Pada praktiknya, sering kali tidak diketahui kapan mulai terkena sehingga sering kali harus diasumsikan bahwa penderita sudah sampai stadium laten.
Sifilis tersier yang muncul pada 1/3 dari penderita yang tidak ditangani dengan baik. Biasanya timbul 1-10 tahun setelah infeksi awal, tetapi pada beberapa kasus bisa sampai 50 tahun baru timbul, stadium ini bisa dilihat dengan tanda-tanda timbul benjolan seperti tumor yang lunak. Pada stadium ini, banyak kerusakan organ yang bisa terjadi, mulai dari kerusakan tulang, saraf, otak, otot, mata, jantung, dan organ lainnya.
Dari segi imunoassai, suatu infeksi dengan T.pallida yang dikenal sebagai pengobatan dari Sifilis akan menimbulkan 2 jenis antibody sebai berikut :
                                     a.      Antibodi nontreponemal atau regain sebagai akibat dari sifilis atau penyakit infeksi yang lain. Antibodi ini baru terbentuk setelah penyakit menyebar kekelenjar limfe regional dan menyebabkan kerusakan jaringan. Antibodi ini membrikan reaksi silang dengan beberapa antigen dari jaringan lain seperti misalnya dengan antigen lipoid dari ekstrak otot jantung.
                                    b.      Antibodi treponemal yang bereaksi dengan T.pallida dan closely related Strains. Dalam golongan antibody ini dapat dibedakan 2 jenis antibody yaitu:
Group Treponemal antibody, yaitu antibody terhadap antigen somatic yang dimiliki oleh semua Treponemal.
Antibodi terponemal yang spesifik, yaitu antibody terhadap antigen spesifik dari T.pallidum.
Untuk mengetahui tertular sipilis atau tidak, maka harus melakukan Test TPHA (Treponema Palledum Hemaglutination). Tindakan ini untuk mengetahui secara spesifik apakah ada reaksi antibodi terhadap kuman treponema. Jika di dalam tubuh ditemukan adanya kuman ini, maka hasil tes positif. Pasien dinyatakan positif tertular.
Selain Test TPHA dilakukan juga test VDRL (Venereal Desease Research Laboratory). Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) / Serum atau Cerebrospinal Fluid (RPR) merupakan satu-satunya pemeriksaan laboratorium untuk neunurosipilis yang disetujui oleh Centers for Disease Control. Pemeriksaan VDRL serum bisa memberikan hasil negatif palsu pada tahap late sipilis dan kurang sensitif dari RPR. Penyakit Pemeriksaan VDRL merupakan pemeriksaan penyaring atau Skrining Test, dimana apabila VDRL positif maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA (Trophonema  Phalidum Heamaglutinasi). Hasil uji serologi tergantung pada stadium penyakit misalnya pada infeksi primer hasil pemeriksaan serologi biasanya menunnjukkan hasil non reaktif. Troponema palidum dapan ditemukan pada chancre. Hasil serologi akan menunjukan positif 1-4 minggu setelah timbulnya chancre. Dan pada infeksi sekunder hasil serelogi akan selalu pisitif dengan titer yang terus meningkat. Pasien yang terinfeksi bakteri treponema akan membentuk antibody yang terjadi sebagai reaksi bahan-bahan yang dilepaskan karena kerusakan sel-sel. Andibody tersebut disebut regain. Test VDRL dilakukan juga sebagai tindakan skrining awal. Di laboratorium petugas akan mengambil sampel cairan dari tubuh Anda. Kuman TREPONEMA PALLEDUM ini awalnya berkembang biak di tempat masuknya. Bisa dari saluran kencing atau luka infeksi. Kemudian sebagian kuman akan masuk menyerang kelenjar getah bening yang berdekatan dan peredaran darah. Maka biasanya pemeriksaan dilakukan dengan mengambil cairan jaringan dari lesi, kelainan kulit dan darah.
VII.     Alat dan bahan
Alat :
Bahan :
·         Objectglass + deckglass
·         Serum
·         Tangkai pengaduk
·       Saline
·         Clinipet
·       Tissue
·         Yellow tip

·         Tabung reaksi + rak

·         Mikroskop


VIII.  Cara kerja
                              1.            Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
                              2.            Menggunakan Na-fis untuk mengencerkan serum pasien (1/2, ¼, 1/8, 1/16, 1/32, dst.)
                              3.            Pindahkan 20 μl serum yang sudah diencerkan ke objectglass.
                              4.            Tambahkan 20 μl reagen pada objectglass.
                              5.            Homogenkan campuran dengan pengaduk disposable secara merata.
                              6.            Lakukan pengamatan pada mikroskop untuk mengetahui adanya aglutinasi dengan perbesaran 100 x 10.

Interpretasi hasil       :
Positif (+) = adanya kristal VDRL pada hasil pengamatan mikroskop
Negatif (-) =  tidak ada kristal VDRL pada hasil pengamatan mikroskop

IX.        Hasil pengamatan
Hasil pemeriksaan VDRL :

1/2
1/4
1/8
1/16
1/32
1/64
1/128
1/256
1/512
Agung
+
+
+
+
+
+
+
+
+
No Name
+
+
+
+
+
+
+
+
+

X.           Pembahasan
Pada praktikum pemeriksaan VDRL menggunakan metode Semikuantitatif dengan prinsip adanya antibody regain (antibody non treponema) dalam serum penderita akan bereaksi dengan antigen lipoid yang terkandung dalam reagen VDRL membentuk presipitan.
Pada praktikum ini kami menggunakan 2 sampel yaitu sampel Agung dan sampel tanpa nama (No Name). Kedua sampel ini merupakan sampel yang diduga abnormal. Sampel yang digunakan berupa serum. Kedua sampel diencerkan dengan menggunakan Na-fis (1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, dst.) Memindahkan serum yang telah diencerkan tersebut sebanyak 20 μl ke objectglass. Kemudian meneteskan juga reagen lateks sebanyak 20 μl pada objectglass tersebut. Kemudian dilakukan penghomogenan dan ditutup dengan deckglass. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 x 10.
Hasil dikatakan positif jika ditemukan kristal-kristal pada pengamatan mikroskop. Setelah dilakukan pengamatan dengan mikroskop, untuk kedua sampel tersebut hingga sampel dengan pengenceran 1/512 masih terlihat kristal-kristal VDRL. Kristal-kristal yang terbentuk ini tidak berwarna namun dindingnya terlihat dan jika dilihat sekilas bentuknya seperti pecahan kaca. Jika Kristal-kristal VDRL masih ditemukan hingga pengenceran 1/256, maka sampel dapat dikatakan positif terinfeksi Treponema palidum.
Interpretasi hasil positif pemeriksaan VDRL dapat diduga adanya penyakit sipilis. Pada dasarnya Test VDRL hanya digunakan untuk skrining test saja, atau pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui adanya kuman penyebab sipilis pada tahap awal. VDRL merupakan pemeriksaan sipilis yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pemeriksaan :
1)      Apabila specimen yang diterima adalah cairan otak maka specimen tersebut harus disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm salam 5-10 menit
2)      Apabila serumnya lipemik baiknya disentrifuge pada kecepatan tinggi yaitu 10000 rpm selama 10 menit
3)      Serum yang lipemik dan lisis tidak boleh diperiksa

XI.        Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua sampel (Agung & No Name) positif terinfeksi Treponema pallidum. Test VDRL hanya digunakan untuk skrining test saja, atau pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui adanya kuman penyebab sipilis pada tahap awal. VDRL merupakan pemeriksaan sipilis yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif.

XII.     Daftar pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar