Halaman

Minggu, 12 April 2015

hanya sekadar kemangkelan saja

Ada yang bilang perasaan itu tidak untuk diumbar, namun untuk sebagian orang  memendam perasaan adalah hal bodoh. Mana yang benar? Untuk mengatakan bahwa ini ataupun itu yang benar rasanya tak etis sebab bukankah  setiap orang mempunyai prinsip masing- masing, dan saya yakin bahwa setiap prinsip lahir dari hal-hal kecil di sekeliling kita, jadi maksudnya seorang nelayan yang hidup di laut maka akan berbeda prinsip dengan petani yang sejak lahir memang sudah hidup di gunung. Berbeda, jelas sekali berbeda.
Kalau aku termasuk yang memendam perasaan atau bukan? Naah ini menarik.

Aku, termasuk jenis orang yang sangat menghargai privasi. Tidak percaya? Coba cek saja akun social mediaku (aku Cuma punya facebook, instagram, line, dan BBM, ada twitter tapi lupa password dan tidak tertarik untuk membuat akun baru). Disana akan terlihat bahwa aku jarang sekali update kenapa? mau bilang aku kudet? Iya sih emang :P. Tapi bukan itu maksudku, update yang aku maksud adalah semacam menulis status, mengunggah foto, video atau sekedar check in. Kalaupun ada itu hanya sewajarnya dan frekuensinya masih rendah. kenapa? Kembali ke awal paragraph bahwa aku sangat menghargai privasi.
Walaupun tidak pernah memposting gambar dengan caption “Bahagia” bukan berarti tidak bahagia kan? sama halnya dengan remaja-remaja yang lain aku juga bisa sedih, kecewa, senang, bangga, bahkan bisa juga galau. Tapi semua itu tidak harus diumbar, bercerita kepada setiap orang, menulis di akun sosmed begalak seolah-olah kita adalah pemeran utama dalam sebuah drama dan semua orang akan memperhatikan dan simpatik pada hal-hal yang kita sampaikan?  Sama sekali tidak.
Sekarang aku Tanya, apa tidak geli rasanya membaca status orang yang tiap jam bahkan tiap menit selalu menghiasi RU? Jika yang dibagikan itu bermanfaat tentu orang lain akan senang hati atau bahkan berterima kasih. Namun jika yang ada hanya umpatan, cacian, makian, keluhan, aduh please deh -____- .
Karena aku sendiri jengkel melihat yang seperti itu, maka sebisa mungkin aku berusaha untuk tidak ‘nyampah’. Lagi pula apa yang didapat jika sering up-date? Salah- salah malah kita sendiri yang kena batunya. Semakin kamu menceritakan dirimu semakin gampang juga kelamahanmu akan diketahui.
Ada pesan yang sangat mengena “tak perlu menjelaskan siapa dirimu, karena orang yang menyukaimu tidak membutuhan itu dan orang yang membecimu tidak akan percaya itu” (ali bin abi thalib RA)
.
.
.
.
.
.
.
.

Tidak pernah aku bermaksud untuk menyinggung perasaan siapapun, aku hanya sekedar berbagi keresahan dan ke’mangkel’an hati.... eheheee ^^ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar