Ada yang
bilang perasaan itu tidak untuk diumbar, namun untuk sebagian orang memendam perasaan adalah hal bodoh. Mana yang
benar? Untuk mengatakan bahwa ini ataupun itu yang benar rasanya tak etis sebab
bukankah setiap orang mempunyai prinsip
masing- masing, dan saya yakin bahwa setiap prinsip lahir dari hal-hal kecil di
sekeliling kita, jadi maksudnya seorang nelayan yang hidup di laut maka akan
berbeda prinsip dengan petani yang sejak lahir memang sudah hidup di gunung.
Berbeda, jelas sekali berbeda.
Kalau aku
termasuk yang memendam perasaan atau bukan? Naah ini menarik.
Aku,
termasuk jenis orang yang sangat menghargai privasi. Tidak percaya? Coba cek
saja akun social mediaku (aku Cuma punya facebook, instagram, line, dan BBM,
ada twitter tapi lupa password dan tidak tertarik untuk membuat akun baru). Disana
akan terlihat bahwa aku jarang sekali update kenapa? mau bilang aku kudet? Iya
sih emang :P. Tapi bukan itu maksudku, update yang aku maksud adalah semacam
menulis status, mengunggah foto, video atau sekedar check in. Kalaupun ada itu
hanya sewajarnya dan frekuensinya masih rendah. kenapa? Kembali ke awal
paragraph bahwa aku sangat menghargai privasi.
Walaupun
tidak pernah memposting gambar dengan caption “Bahagia” bukan berarti tidak
bahagia kan? sama halnya dengan remaja-remaja yang lain aku juga bisa sedih,
kecewa, senang, bangga, bahkan bisa juga galau. Tapi semua itu tidak harus
diumbar, bercerita kepada setiap orang, menulis di akun sosmed begalak
seolah-olah kita adalah pemeran utama dalam sebuah drama dan semua orang akan
memperhatikan dan simpatik pada hal-hal yang kita sampaikan? Sama sekali tidak.
Sekarang aku
Tanya, apa tidak geli rasanya membaca status orang yang tiap jam bahkan tiap
menit selalu menghiasi RU? Jika yang dibagikan itu bermanfaat tentu orang lain
akan senang hati atau bahkan berterima kasih. Namun jika yang ada hanya umpatan,
cacian, makian, keluhan, aduh please deh -____- .
Karena aku
sendiri jengkel melihat yang seperti itu, maka sebisa mungkin aku berusaha
untuk tidak ‘nyampah’. Lagi pula apa yang didapat jika sering up-date? Salah-
salah malah kita sendiri yang kena batunya. Semakin kamu menceritakan dirimu
semakin gampang juga kelamahanmu akan diketahui.
Ada pesan
yang sangat mengena “tak perlu menjelaskan siapa dirimu, karena orang yang menyukaimu
tidak membutuhan itu dan orang yang membecimu tidak akan percaya itu” (ali bin
abi thalib RA)
.
.
.
.
.
.
.
.
Tidak pernah
aku bermaksud untuk menyinggung perasaan siapapun, aku hanya sekedar berbagi
keresahan dan ke’mangkel’an hati.... eheheee ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar